Penanaman Dasar-Dasar Kejiwaan yang Mulia

Islam telah menegakkan dasar-dasar pendidikan sosial yang utama dalam diri tiap individu diatas dasar-dasar kejiwaan yang mulia dan kuat serta dasar-dasar pendidikan yang abadi. Tidaklah sempurna pembentukan kepribadian yang islami kecuali dengannya. Dan tidak akan paripurna kecuali dengan merealisasikannya. Pada waktu yang sama, hal tersebut merupakan nilai yang sangat manusiawi. Untuk menanamkan prinsip dasar kejiwaan ini dalam individu dan masyarakat islam Nabi SAW telah memberikan arahan dan wasiat yang lurus. Hal ini bertujuan agar pendidikan sosial bisa mencapai hasil yang sempurna sehingga masyarakat bisa tumbuh di atas prinsip tolong-menolong, ikatan yang kuat, adab yang luhur, saling mencintai, dan memberikan kritik yang membangun.

Inilah beberapa prinsip yang diperintahkan oleh Islam agar ditanamkan pada anak-anak:

1) Taqwa

Takwa merupakan nilai akhir dan buah tabiat dari perasaan keimanan yang mendalam tersambung dengan perasaan merasa diawasi Allah dan takut kepada-Nya, takut akan azab dan siksaNya, dan rakus akan ampunan dan pahala-Nya

Itulah takwa, sebuah perasaan dalam sanubari, kelembutan di dalam perasaan, rasa takut yang terus menerus, kewaspadaan yang tiada henti, dan menghindari hambatan di tengah jalan. Jalan kehidupan yang senantiasa digoda oleh duri-duri keinginan dan syahwat, kerakusan, ketakutan, harapan terhadap orang yang tidak memiliki harapan, dan ketakutan palsu dari orang yang tidak memiliki kuasa memberi manfaat dan bahaya, dan berpuluh-puluh duri lainnya.

Takwa kepada Allah, disamping bisa memenuhi hati seorang mukmin dengan rasa takut kepada Allah dan merasa diawasi oleh-Nya adalah sumber keutamaan sosial. Selain itu juga satu-satunya jalan dalam menghindari kerusakan, kejahatan, dosa-dosa dan duri-duri. Bahkan ia adalah sarana pertama yang didapati kesadaran dalam diri individu untuk masyarakatnya dan setiap siapa saja yang ia temui dari makhluk hidup.

2) Persaudaraan

Persaudaraan adalah ikatan hati yang melahirkan perasaan yang mendalam akan kelemahlembutan, kecintaan dan penghormatan kepada siapa saja yang terikat kepadanya karena akidah islam, keimanan dan ketaqwaan.

Rasa persaudaraan yang jujur ini akan melahirkan kelemahlembutan yang sebenarnya pada diri seorang muslim yang akan membentuk sikap positif, seperti saling tolong menolong, mendahulukan orang lain, kasih sayang dan memaafkan. Orang yang memiliki jiwa persaudaraan akan mengambil sikap menjauhi hal-hal yang membahayakan orang lain, baik nyawa, harta, maupun kehormatan mereka.

Islam telah mengusung nilai persaudaraan karena Allah serta menjelaskan tuntutan dan konsekuensinya dalam banyak ayat dan hadits.30 Allah ta’ala berfirman: QS. Al-Hujurat 49 : 10, yang terjemahannya :

Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.

Allah SWT memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk mendamaikan dua pihak yang berperang, “Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperang maka damaikanlah antara keduanya. Allah swt masih tetap menamakan mereka sebagai orangorang mukmin walaupun tengah berperang. Dari ayat ini pula Imam Bukhari dan yang lain mengambil istimbat bahwa seseorang tidak keluar dari keimanan karena melakukan kemaksiatan yang besar. Dari ayat tersebut di atas jelas bahwa sesungguhnya orang-orang muslim itu bersaudara, yaitu semuanya bersaudara dalam agama.

Diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Imam Ahmad bahwa Nabi SAW bersabda: 

Perumpamaan orang-orang beriman dalam kecintaan, kelemahlembutan, dan kasih sayang mereka seperti perumpamaan satu tubuh apabila salah satu anggota badannya sakit maka semua organ tubuh lainnya juga ikut merasakan, dengan tidak bisa tidur dan demam.

Hasil dari rasa persaudaraan dan kecintaan karena Allah ini adalah bahwa interaksi antara setiap anggota masyarakat Islam sepanjang sejarah dan zaman adalah interaksi yang berjalan diatas hubungan yang terbaik dalam kesamaan, mendahulukan orang lain, tolong menolong dan saling menanggung.

3) Kasih sayang

Kasih sayang adalah perasaan halus di dalam hati, kelembutan dalam sanubari, dan kepekaan perasaan simpati kepada orang lain, dan lemah lembut kepada mereka. 

Rasulullah SAW telah menjadikan sifat kasih sayang kepada sesama manusia sebagai jalan mendapatkan kasih sayang Allah. Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Abu Dawud dan Ahmad bahwa Rasulullah SAW bersabda: 

Orang-orang yang senang mengasihi akan dikasihi oleh Allah Yang Maha mengasihi. Maka kasihilah orang yang ada di bumi niscaya kalian akan dikasihi yang di langit.

Kasih sayang orang mukmin itu tidak terbatas pada saudara yang mukmin saja. Akan tetapi kasih sayang itu tumbuh dan menyebar kepada semua manusia. Bahkan kasih sayang tersebut melampui hubungan antara manusia yang berakal sampai kepada binatang. 

Seorang mukmin sudah seharusnya mengasihi dan bertakwa kepada Allah dan mengetahui bahwa Allah akan mencintai tanggung jawab dan menanyakan hak pihak yang disakitinya dan apa sebabnya. Seperti disebutkan dalam hadits, Rasulullah telah mengumumkan bahwa pintu surga Allah terbuka bagi seorang wanita pelacur yang memberi minum seekor anjing yang kemudian Allah mengampuni dosanya. Pintu neraka juga terbuka pada kisah seorang wanita yang mengurung seekor kucing sampai mati. Ia tidak memberinya makan dan melarangnya untuk mencari serangga.

Umar pernah melihat seorang laki-laki menyeret seekor kambing untuk disembelih. Ia pun berkata kepada laki-laki tersebut, “Tuntunlah kambing itu menuju kematiannya dengan cara yang baik”.

Abu Bakar Shiddiq ketika berpesan dan memberi wasiat kepada sekelompok pasukan Usamah bin Zaid, berkata, “Janganlah kalian membunuh wanita orang tua renta, dan anak kecil. Janganlah kalian menebangi pohon yang berbuah. Janganlah kalian mengganggu orang-orang di tempat peribadatan mereka, biarkanlah mereka dengan perbuatannya itu.”

4) Itsar (mengutamakan orang lain) 

Itsar adalah perasaan hati yang terwujud dalam bentuk mengutamakan orang lain dari pada diri sendiri dalam kebaikan dan kepentingan pribadi yang bermanfaat. 

Itsar adalah perangai yang baik selama bertujuan mencari keridhaan Allah. Sikap ini merupakan dasar kejiwaan yang menunjukkan kejujuran iman, kejernihan sanubari, dan kesucian diri. Disamping itu, ia juga merupakan penopang utama dalam mewujudkan jaminan sosial dan perwujudan jaminan sosial dan perwujudan kebaikan bagi anak manusia.

Cukuplah sebagai bukti bahwa Al-Qur’an Al-Karim telah menyoroti kaum Anshar mereka adalah kumpulan masyarakat Islam, berkaitan dengan gambaran persaudaraan, persamaan, Itsar, kemuliaan dan kelembutan pada diri mereka. Allah berfirman dalam surat Al-Hasyr {59} : 9) 

Dan orang-orang yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman (Ansar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orangorang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.  

sumber :

Al Qur'an karim dan terjemahan

Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyah Al-Aulad fi al-Islam,,

https://i.ytimg.com/vi/vNLeSwR7g5I/maxresdefault.jpg


Tidak ada komentar:

Posting Komentar